Bukittinggi – Kota wisata bersejarah Bukittinggi kembali menjadi sorotan nasional setelah dipercaya sebagai tuan rumah Seminar Nasional Literasi Rupiah dan Digitalisasi pada Senin (22/9/2025). Acara ini berlangsung di Aula Istana Bung Hatta, menghadirkan kolaborasi antara Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Barat, Bank Nagari, pemerintah daerah, akademisi, dan pelaku usaha.
Seminar mengusung tema “Penguatan Sinergi Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah melalui Pendekatan Quadruple Helix dalam Meningkatkan Literasi Rupiah dan Digitalisasi Layanan Publik di Provinsi Sumatra Barat”. Kegiatan ini bertujuan memperkuat pemahaman masyarakat tentang rupiah sebagai simbol kedaulatan negara sekaligus mendorong transformasi keuangan menuju era digital.
Wakil Wali Kota Bukittinggi, Ibnu Asis, yang membuka acara, menyampaikan rasa bangganya. Ia menilai momentum ini akan memberi dampak positif bagi perekonomian daerah sekaligus memperkuat citra Bukittinggi sebagai pusat kegiatan nasional.
“Syukur Alhamdulillah, kampus IPDN Sumbar bersama Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Barat turut berinisiatif sehingga seminar ini dapat terlaksana. Kami menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas dukungan yang diberikan,” ungkapnya.
Menurut Ibnu Asis, kehadiran seminar ini bukan hanya meningkatkan aktivitas ekonomi kota, tetapi juga mendorong pelaku usaha, UMKM, dan masyarakat umum untuk lebih melek transaksi digital. Hal ini menjadi penting mengingat Bukittinggi merupakan salah satu destinasi wisata utama di Sumatra Barat yang banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Ia menegaskan, penggunaan pembayaran digital kini menjadi kebiasaan wisatawan modern. Dengan literasi keuangan dan digitalisasi yang baik, para pelaku ekonomi lokal dapat menyesuaikan diri dan tidak tertinggal dalam arus teknologi.
“Semoga setelah mengikuti seminar ini, seluruh peserta dapat lebih terampil menggunakan transaksi digital yang aman, cepat, dan efisien. Mari kita bersama menumbuhkan rasa bangga terhadap rupiah sebagai simbol kedaulatan nasional,” tutup Ibnu Asis.
Meningkatkan Sinergi Empat Pilar Ekonomi
Konsep Quadruple Helix yang diangkat dalam seminar ini merupakan pendekatan yang melibatkan empat pilar penting: pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat sipil. Sinergi ini diyakini efektif mempercepat literasi keuangan dan transformasi digital, terutama di daerah-daerah wisata seperti Bukittinggi.
Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Barat dalam pemaparannya menekankan pentingnya edukasi publik terkait rupiah. Tidak hanya sebagai alat tukar, rupiah adalah simbol kedaulatan negara yang harus dijaga nilainya. Literasi rupiah mencakup pemahaman tentang ciri-ciri keaslian uang, cara menjaga kualitas fisik rupiah, serta mengedukasi masyarakat agar lebih bijak dalam bertransaksi.
Selain itu, isu digitalisasi layanan publik dan transaksi keuangan menjadi sorotan utama. Perubahan perilaku konsumen yang semakin mengarah ke pembayaran digital menuntut pemerintah daerah dan pelaku usaha untuk memperbarui sistem layanan. Hal ini meliputi penerapan QRIS, layanan non-tunai di tempat wisata, hingga sosialisasi keamanan transaksi digital.
Bukittinggi: Kota Sejarah dengan Peran Ekonomi Modern
Bukittinggi memiliki sejarah panjang sebagai pusat perdagangan dan kebudayaan di Sumatra Barat. Kota ini pernah menjadi ibu kota negara darurat Indonesia pada masa perjuangan kemerdekaan. Istana Bung Hatta, tempat seminar ini digelar, adalah salah satu situs bersejarah yang menyimpan jejak perjuangan bangsa.
Seiring perkembangan zaman, Bukittinggi kini menjadi destinasi favorit wisatawan dengan ikon Jam Gadang dan panorama alamnya. Peran ekonomi kota ini tidak hanya bertumpu pada sektor pariwisata, tetapi juga perdagangan, pendidikan, dan kegiatan ekonomi kreatif. Digitalisasi sistem pembayaran dan pengelolaan rupiah yang baik diharapkan dapat mendukung sektor-sektor tersebut agar lebih kompetitif.
Relevansi Literasi Keuangan bagi Generasi Muda
Generasi muda, terutama milenial dan Gen Z, kini mendominasi aktivitas ekonomi digital. Penguatan literasi keuangan bagi kelompok ini sangat penting untuk mencegah risiko penipuan, pengelolaan keuangan yang buruk, dan kurangnya kesadaran terhadap pentingnya menggunakan rupiah.
Dengan semakin banyaknya pelaku usaha muda yang bergerak di bidang start-up, kuliner, dan pariwisata, pemahaman tentang transaksi digital yang aman menjadi modal utama untuk bertahan di tengah persaingan. Seminar semacam ini menjadi ruang berbagi pengetahuan sekaligus jaringan bagi generasi muda untuk terlibat aktif dalam pembangunan ekonomi daerah.
Dampak Nyata Bagi Perekonomian Lokal
Selain sebagai ajang edukasi, kegiatan ini juga membawa dampak ekonomi langsung. Kehadiran peserta dari berbagai daerah memacu perputaran uang di sektor perhotelan, kuliner, transportasi, dan kerajinan lokal. UMKM Bukittinggi pun mendapat peluang memasarkan produknya kepada audiens nasional.
Bank Nagari dan pemerintah daerah berencana menindaklanjuti hasil seminar ini melalui program pelatihan rutin dan penguatan infrastruktur pembayaran digital di pasar-pasar tradisional, objek wisata, dan pusat perbelanjaan. Langkah ini diyakini mampu mempercepat adaptasi masyarakat terhadap tren ekonomi digital.
Inspirasi dari Kota Bukittinggi untuk Indonesia
Bukittinggi bukan hanya kota sejarah, tetapi juga cermin bagaimana daerah dapat beradaptasi dengan perubahan zaman. Dengan menggabungkan nilai-nilai lokal dan inovasi digital, Bukittinggi menunjukkan bahwa modernisasi tidak berarti meninggalkan identitas budaya.
Sebagai simbol kedaulatan, rupiah mengajarkan kita untuk menghargai sejarah dan kemandirian bangsa. Sementara digitalisasi mengajarkan pentingnya berinovasi agar tetap relevan. Kombinasi keduanya adalah kunci agar generasi muda mampu bersaing di era global.
Ajakan Inspiratif
Bagi pembaca muda, momen ini adalah pengingat bahwa perubahan besar sering dimulai dari langkah-langkah kecil, seperti memahami nilai rupiah dan beradaptasi dengan teknologi. Jadilah bagian dari generasi yang bangga menggunakan rupiah, mendukung ekonomi lokal, dan memanfaatkan teknologi digital untuk kebaikan bersama. Dari Bukittinggi, semangat ini bisa menular ke seluruh Indonesia—bahwa literasi dan inovasi adalah fondasi masa depan yang lebih baik.






