Mengapa Nama Bukittinggi Berubah dari Fort de Kock? Ini Sejarahnya

jam gadang

Bukittinggi, salah satu kota tertua di Sumatera Barat, memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan kolonialisme Belanda. Sebelum dikenal dengan nama Bukittinggi, kota ini lebih dahulu bernama Fort de Kock, sebuah sebutan yang diberikan oleh Belanda ketika mereka membangun benteng di kawasan ini. Namun, seiring dengan perubahan zaman dan semangat nasionalisme yang semakin menguat, nama Fort de Kock pun resmi digantikan dengan Bukittinggi. Lalu, bagaimana asal-usul perubahan ini?

Awal Mula: Dari Fort de Kock ke Bukittinggi

Pada awal abad ke-19, tepatnya tahun 1825, pemerintah kolonial Belanda membangun sebuah benteng pertahanan di kawasan perbukitan Agam yang dikenal dengan nama Fort de Kock. Pembangunan ini bertujuan untuk memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi perlawanan rakyat Minangkabau, khususnya dalam Perang Padri (1803–1838). Nama Fort de Kock sendiri diambil dari Johann Wilhelm van den Bosch, seorang Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu, yang kemudian diabadikan sebagai nama benteng ini.

Benteng ini tidak hanya menjadi simbol kekuasaan kolonial, tetapi juga menjadi pusat administratif dan militer bagi Belanda di kawasan Sumatera Barat. Dari sini, Belanda mengatur strategi untuk menguasai daerah sekitarnya, termasuk menekan perlawanan kaum Padri yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol.

Bukittinggi: Nama yang Lebih Berakar pada Budaya Lokal

Meskipun Belanda menamai kota ini sebagai Fort de Kock, masyarakat setempat lebih akrab menyebutnya dengan Bukittinggi, yang secara harfiah berarti “bukit yang tinggi.” Nama ini merujuk pada letak geografis kota yang berada di ketinggian sekitar 930 meter di atas permukaan laut, menjadikannya salah satu kota dengan udara paling sejuk di Sumatera Barat.

Setelah Indonesia meraih kemerdekaan pada 1945, semangat nasionalisme terus berkembang dan berbagai kota serta tempat yang memiliki nama kolonial mulai diganti dengan nama yang lebih mencerminkan identitas bangsa. Begitu pula dengan Fort de Kock, yang akhirnya diresmikan menjadi Bukittinggi pada tahun 1949.

Peran Bukittinggi dalam Sejarah Kemerdekaan Indonesia

Selain dikenal sebagai kota bersejarah dari zaman kolonial, Bukittinggi juga memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1948, ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II dan berhasil menduduki Yogyakarta—yang saat itu menjadi ibu kota Republik Indonesia—pemerintah Indonesia memutuskan untuk memindahkan ibu kota darurat ke Bukittinggi. Hal ini menjadikan Bukittinggi sebagai pusat pemerintahan darurat RI yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara.

Di sinilah berbagai kebijakan penting diambil untuk mempertahankan eksistensi Indonesia di kancah internasional. Status Bukittinggi sebagai ibu kota darurat menegaskan betapa strategisnya kota ini, baik dari segi geografis maupun politik.

Warisan Fort de Kock yang Masih Bisa Ditemui

Meskipun nama Fort de Kock telah diubah menjadi Bukittinggi, jejak sejarahnya masih bisa ditemui hingga kini. Salah satu peninggalan paling ikonik adalah Benteng Fort de Kock, yang masih berdiri kokoh di kawasan Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan. Benteng ini kini menjadi objek wisata sejarah yang menarik banyak pengunjung, baik wisatawan lokal maupun mancanegara.

Di sekitar benteng ini juga terdapat Jembatan Limpapeh, yang menghubungkan benteng dengan Kebun Binatang Bukittinggi. Selain itu, beberapa bangunan peninggalan kolonial lainnya masih dapat ditemukan di sekitar kota, seperti rumah-rumah tua dan bangunan pemerintahan yang bergaya arsitektur Eropa.

Bukittinggi Saat Ini: Antara Sejarah dan Modernisasi

Kini, Bukittinggi telah berkembang menjadi salah satu kota wisata utama di Sumatera Barat. Kota ini tidak hanya dikenal karena sejarahnya yang panjang, tetapi juga sebagai destinasi wisata yang menawarkan berbagai atraksi, mulai dari wisata alam, kuliner, hingga budaya.

Ikon kota ini, Jam Gadang, tetap menjadi daya tarik utama yang berdiri megah di pusat kota. Selain itu, Bukittinggi juga menjadi pusat perdagangan dan pendidikan di Sumatera Barat, menjadikannya sebagai kota yang terus berkembang tanpa melupakan akar sejarahnya.

Pergantian nama dari Fort de Kock menjadi Bukittinggi bukan sekadar perubahan administratif, tetapi juga bagian dari upaya bangsa Indonesia dalam menghapus jejak kolonialisme dan mengembalikan identitas nasional. Bukittinggi kini tidak hanya menjadi saksi bisu sejarah perjuangan Indonesia, tetapi juga terus berkembang sebagai kota yang menggabungkan warisan masa lalu dengan kemajuan modern. Dengan sejarahnya yang kaya dan potensinya yang besar, Bukittinggi tetap menjadi salah satu kota paling menarik di Indonesia.


Demikian sejarah perubahan nama Bukittinggi dari Fort de Kock. Jika Anda berkunjung ke kota ini, jangan lupa untuk menelusuri jejak sejarahnya dan menikmati keindahan alam serta budaya khas Minangkabau yang masih lestari hingga kini.

  • Total page views: 21,986
WhatsApp
Facebook
Email

Informasi Terbaru

Pilihan Editor